Valentine's Day Arrow Through The Heart
Selamat Datang Di Web Support Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur | Untuk Informasi Pelayanan Desa Jajag Silahkan Hubungi 0853-3652-5825 (Candra) | Untuk Whatsapp Silahkan Klik "E-DESA" Dan Pilih "Pelayanan Masyarakat Desa" Atau Langsung Dibawah Halaman klik "Pelayanan Masyarakat Via Whatsapp" | TERIMA KASIH | -Informasi- |

Translate

02 Agustus 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 8/02/2023 02:09:00 PM
wabup pidato di ritual gelar songo

BANYUWANGI - Warga Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Banyuwangi setiap tanggal 9 Suro penanggalan Jawa melakukan ritual adat Gelar Songo. Rarusan warga setempat menggelar kenduri desa dengan menghadirkan 9 jenis tumpeng.


Ritual tersebut dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di tahun depan. 


Dalam tradisi Gelar Songo, ada 9 tumpeng yang wajib dihadirkan. Antara lain jajanan pasar, jenang atau bubur merah, putih, hitam dan kuning, rengginang, pisang muda, sego golong (nasi putih yang dibungkus daun. Di dalam nasi putih tersebut terdapat telur rebus utuh), ada pula nasi kuning, kinangan (tempat menginang lengkap dengan bahan kinangan), dan uang.


Pada tahun ini, tradisi tersebut digelar pada Minggu (30/7/2023). Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah hadir di acara yang dilangsungkan di Aula Pasar Glagah.


"Atas nama Pemkab, kami memberikan apresiasi terhadap tetua adat dan warga yang terus menjaga nilai-nilai yang diwariskan pendahulunya dan terus melestarikan adat istiadat," kata Sugirah.


Menurut dia, tradisi yang mengingatkan warga untuk selalu bersyukur dan berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa ini, harus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan khazanah bangsa,


“Gelar Songo  merupakan bagian kekayaan budaya yang ada di Banyuwangi. Bila ditata dengan baik, ritual ini juga bisa menjadi salah satu agenda wisata bagi wisatawan yang datang ke Banyuwangi. Ini akan menjadi peluang ekonomi bagi warga lokal," harap Sugirah.


Rangkaian ritual adat Gelar Songo ini digelar selama 5 hari. Diawali dengan Mocoan Lontar Yusuf pada Rabu (26/7/2023). Dilanjutkan dengan Sema’an Al – Qur’an, ziarah ke makam Buyut Ka’i dan Buyut Gingsring yang diyakini sebagai leluhur yang membuka lahan pertama pemukiman warga yang sekarang dikenal sebagai Desa Glagah. 


Serta selamatan kampung pada Kamis.  Berikutnya di hari Jumat, digelar lomba wangsalan dan basanan antar warga. Pada Sabtu, kreativitas warga ditampilkan dalam pentas seni. 


Acara ditutup dengan menggelar kirab atau lomba arak-arakan tumpeng pada Minggu (30/7/2023 ) dan diakhiri dengan doa bersama sebagai tanda syukur. Usai doa bersama, beramai-ramai warga menikmati makan tumpeng bersama. (*)

01 Agustus 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 8/01/2023 08:28:00 AM

31 Juli 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/31/2023 10:58:00 AM


Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi dipadati ratusan masyarakat yang sudah sangat menantikan tradisi ritual adat Kebo-keboan pada Minggu (30/07).

Pusat ritual Kebo-keboan digelar di simpang empat jalan desa, tepatnya di depan Balai Dusun Krajan, Desa Alasmalang.

Gapura selamat datang yang berhiaskan ornamen hasil bumi berupa sayur dan buah-buahan menyambut pengunjung dari empat sisi.

Ritual ini pun, turut menjadi ladang rezeki bagi para pedagang yang menggelar lapaknya di sepanjang jalan menuju lokasi ritual.

Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani hadir secara langsung dalam ritual adat ini. Ipuk mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap tokoh masyarakat, panitia serta masyarakat pada umumnya yang terus melestarikan kearifan lokal ini. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas.

“Ritual ini merupakan agenda tahunan yang merupakan bentuk ikhtiar masyarakat kepada Tuhan sehingga ritual ini mengandung makna yang baik. Atas nama Pemkab, kami sangat mendukung semua kegiatan masyarakat. Pemkab berkomitmen mendukung dan mempromosikan berbagai kegiatan budaya. Semoga dengan ritual ini, hajat kita dapat dikabulkan Tuhan,” kata Ipuk.

Kebo-Keboan Alasmalang merupakan ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat petani. Ritual ini telah ada sejak abad ke-18.

Kebo-Keboan dibawakan oleh pemuda yang merias dirinya seperti hewan kerbau. Mereka melumuri diri dengan cairan berwarna hitam serta menggunakan tanduk dan rambut palsu.

Setiap tahunnya, ritual ini diadakan di awal Bulan Suro. Ritual Kebo-Keboan Alasmalang diwali dengan makan tumpeng bersama sebagai bentuk silaturahmi dan ramah tamah. Para jajaran Pemkab serta tokoh masyarakat duduk bersama di jalan untuk menyantap tumpeng yang telah disiapkan.
Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/31/2023 08:29:00 AM

30 Juli 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/30/2023 03:28:00 PM
Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/30/2023 02:19:00 PM

 


BANYUWANGI -  Ritual adat Kebo-keboan Alas Malang  yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7/2023), berlangsung meriah.

Ritual ini ditandai dengan kenduri desa dan diakhiri dengan ritual ider bumi. Puluhan "kerbau" mengelilingi desa dengan arah empat penjuru arah mata angin.

"Kerbau" yang dimaksud bukanlah hewan ternak, melainkan warga desa yang menyerupai kerbau. Badannya dilumuri jelaga hingga hitam pekat seperti kerbau, di kepalanya juga mengenakan asesoris berbentuk tanduk dan gelang kerincing di tangan dan kakinya. Persis Kerbau.

Mereka berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di perut mereka ditali seperti kerbau. Ritual ini merupakan simbolisasi penghormatan kepada leluhur dan alam agar panen melimpah. 

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang turut hadir dalam ritual tersebut mengatakan bahwa ritual kebo keboan Alas Malang ini adalah bentuk kekuatan budaya agraris Banyuwangi. 

"Ini adalah salah satu warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan. Saya salut dengan masyarakat Alas Malang yang tetap menjaga tradisi ini," ujarnya.

Ipuk menambahkan ritual ini juga merupakan ikhtiar masyarakat Alas Malang kepada Tuhan agar diberikan panen yang baik dan melimpah. "Ini adalah bentuk syukur dan doa kepada Sang Pencipta. Semoga Alas Malang dan Banyuwangi selalu diberkahi dengan kemakmuran dan kesejahteraan," harapnya.

Ipuk menambahkan pemerintah daerah berkomitmen mendukung pelestarian budaya termasuk Kebo-keboan Alas Malang. "Kami akan terus memberikan fasilitasi dan bantuan untuk melestarikan budaya ini. Budaya adalah identitas kita sebagai bangsa. Jika kita tidak menjaga budaya kita, maka kita akan kehilangan jati diri kita," tegasnya.

Ritual Kebo-keboan Alas Malang menyedot ribuan masyarakat untuk menyaksikannya. Suasana meriah dan penuh kegembiraan terlihat di wajah para penonton maupun peserta ritual.

Salah satu pengunjung, Cece Ayu (18) juga ikut larut dalam prosesi dan terkena lumuran jelaga.

"Tradisi Kebo-keboan ini selalu saya ikuti sejak kecil. Senang saja ikut meramaikan dan menjadi bagian dari tradisi ini," ujar remaja asal Rogojampi itu.

Sementara, Dhika Saiful Bahri (32) sengaja mengajak keluarganya untuk ikut menyaksikan ritual kebo-keboan.

"Saya sedang berlibur bersama keluarga. Pas juga ada festival kebo-keboan jadi saya ajak keluarga ke sini. Ternyata selain wisata, kearifan lokal juga dimiliki Banyuwangi," ujar Dhika, warga asal Tasikmalaya. 

Tradisi Kebo-keboan sudah ada sejak abad ke-18 Masehi dan berasal dari kisah Buyut Karti, yang mendapat wangsit untuk menggelar upacara bersih desa dengan cara menjelma menjadi kerbau. Sebelumnya tradisi serupa juga dilaksanakan di Desa Aliyan. (*)

28 Juli 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/28/2023 03:21:00 PM
Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/28/2023 02:41:00 PM

 Banyuwangi - Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Banyuwangi menggelar bedah buku “Rebound Total” karya Samsudin Adlawi di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kamis (27/7/2023). Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang membuka acara sekaligus menjadi keynote speaker mengapresiasi buku yang banyak mengupas tentang Banyuwangi itu.

“Kami sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini. Ini adalah sebuah penghormatan atas kerja keras pemerintah daerah bersama seluruh masyarakat Banyuwangi untuk rebound dalam menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Ipuk.

Buku yang berupa antologi kolom Man Nahnu di Jawa Pos Radar Banyuwangi itu, memang ditulis setiap pekan untuk merefleksikan berbagai situasi aktual di bumi Blambangan. Mulai dari sosial, budaya, politik hingga pemerintahan. Tak terkecuali Banyuwangi Rebound yang dicanangkan oleh Bupati Ipuk.

“Saya sangat berterimakasih atas masukan-masukan konstruktif yang diberikan oleh Pak Samsudin ataupun pihak-pihak lain. Tak sedikit masukan yang kami terima kemudian menjadi bahan untuk kita kerjakan ataupun menyempurnakan yang telah ada,” terang Ipuk.

Ipuk berharap, ke depan semakin banyak bermunculan buku-buku serupa guna memperkaya diskursus pembangunan di kabupaten ujung timur Jawa. “Kami tunggu karya-karya para penulis dan intelektual Banyuwangi lainnya,” tuturnya.

Bedah buku tersebut dibedah langsung oleh guru besar ilmu pemerintahan sekaligus Ketua PW ISNU Jawa Timur Prof. Mas’ud Said. Menurutnya, buku tersebut adalah sebuah bagian dari creative minority. 

“Sebenarnya, di dunia ini tak banyak orang yang ikut menentukan nasib suatu bangsa. Termasuk di Banyuwangi ini. Inilah yang disebut dengan Creative Minority. Saya kira buku ini adalah bagian dari hal tersebut,” ungkap Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Malang (UNISMA) tersebut.

Refleksi yang padat dan beragam dari buku tersebut, imbuh Mas’ud, menjadi daya tarik tersendiri dari 62 artikel yang tersaji. “Di ranah akademik, masing-masing tulisan ini bisa dikembangkan lebih serius lagi,” dorongnya kepada segenap peserta yang didominasi kalangan kampus tersebut.

Sementara itu, Samsudin Adlawi menyebutkan jika karya tersebut didedikasikan untuk merekam beragam peristiwa di Banyuwangi tiap pekannya. Inspirasinya bisa datang dari beragam hal. “Seperti halnya saat berdiskusi dengan bupati dan lainnya. Ini menjadi inspirasi untuk menulis,” ungkapnya.

Diskusi tersebut berlangsung gayeng. Dihadiri oleh kalangan sarjana dan mahasiswa dari Banyuwangi. Juga terdapat rombongan doktor dan profesor dari Universitas Islam Malang (UNISMA). Selain itu, juga dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Di antaranya adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyuwangi Suyanto Waspotondo yang juga didapuk menjadi narasumber. (*)

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/28/2023 09:18:00 AM
Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 7/28/2023 08:32:00 AM