Valentine's Day Arrow Through The Heart
Selamat Datang Di Web Support Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur | Untuk Informasi Pelayanan Desa Jajag Silahkan Hubungi 0853-3652-5825 (Candra) | Untuk Whatsapp Silahkan Klik "E-DESA" Dan Pilih "Pelayanan Masyarakat Desa" Atau Langsung Dibawah Halaman klik "Pelayanan Masyarakat Via Whatsapp" | TERIMA KASIH | -Informasi- |

Translate

28 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/28/2023 03:13:00 PM

 

Banyuwangi – Pemeliharaan dan pembangunan jalan poros antar kecamatan terus dikebut oleh Pemkab Banyuwangi. Dari 62 ruas jalan yang direncanakan dibangun pada 2023, telah dilakukan pekerjaan di 42 titik.

“Alhamdulillah, sampai akhir Juni ini, sudah mencapai 67 persen pengerjaannya. Pekerjaan terus berjalan. Ada yang sudah tuntas, ada yang sudah hampir selesai, ada yang tinggal overlay. Beberapa betonisasi juga sudah selesai. Saya terus pantau pekerjaan Dinas PU Bina Marga CKPP,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Rabu (28/6/2023).

“Mohon maaf semuanya bertahap, karena besarnya wilayah Banyuwangi. Kami akan terus perluas pembangunannya sehingga secara berkelanjutan semua jalan dalam kondisi baik,” imbuh Ipuk.

Plt. Kepala Dinas PU Cipta Karya Perumahan dan Pemukiman (CKPP), Suyanto Waspo Tondo, menambahkan, total tahun ini pemkab menganggarkan pembangunan dan perbaikan  infrastruktur jalan sepanjang 222,139 km dan pembangunan 18 jembatan di sejumlah wilayah Banyuwangi.

“Pemeliharaan di tiap-tiap titik bisa berbeda tergantung tingkat kerusakannya. Ada yang hanya full hotmix overlay, ada yang kita cor, ada juga yang kombinasi keduanya,” urai Yayan, panggilan akrab Suyanto.

Yayan menambahkan, dari 42 titik yang sudah digarap saat ini, 8 di antaranya telah rampung. Seperti, ruas jalan Cluring-Cemethuk (1.700 meter, lebar 4 meter), Licin – Pakel sepanjang 1.550 meter, Wringinrejo-Yosomulyo (2.410 meter), Brak-Kelir (1.250 meter), Bedewang-Paranghrajo (875 meter), dan Licin-Pakel (1.550 meter).

“Termasuk jalan MH Thmarin di kota, inshaallah hari ini sudah tuntas. Yang lain terus kita kerjakan. Antara lain Sraten – Tamanagung yang sepanjang 7 km lebih sedang kita kerjakan,” jelas Yayan. 

Sejumlah jalan yang sudah mulai dikerjakan di antaranya Rogojampi – Songgon, Giri – Pesucen, Kembiritan – Tamanagung, Jalan Karangmulyo – Pertigaan Ringintelu Barurejo, Jalan Karangdoro – Karangmulyo, Pertigaan Desa Dasri – Karangdoro, Jalan Bomo – Kumendung, Curahjati – Grajagan, Srono – Sumbersari, dan Purwoasri-Purwoagung.

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/28/2023 09:33:00 AM

23 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/23/2023 12:30:00 PM

SIAP DIKIRIM: Suryo memilah cabai rawit di rumahnya Dusun Krajan, Desa Purwodadi, Kecamatan Gambiran, Kamis (22/6). (Lugas Rumpakaadi/Radar Genteng)

 

GAMBIRAN, Jawa Pos Radar Genteng – Mendekati Hari raya Idul Adha, harga cabai rawit tidak menentu. Selama sepekan terakhir, harga di pasaran fluktiatif antara Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.

Salah satu bumbu masak favorit masyarakat ini, harganya tidak pernah stabil. Dalam sepekan ini harga terendah Rp 15 ribu per kilogram. Sedang yang paling tinggi mencapai Rp 25 ribu per kilogram. “Harga selalu berubah-ubah,” ujar Suryo, 47, pengepul cabai rawit asal Dusun Krajan, Desa Purwodadi, Kecamatan Gambiran, Kamis (22/6).

Suryo menyebut dalam beberapa pekan lalu, harga cabai rawit ini malah smapai Rp 30 ribu per kilogram. Cabai rawit yang dikumpulkan Suryo ini, dari para petani yang ada di beberapa daerah. “Cabai kita jual di wilayah Banyuwangi, juga ke Mataram (NTB), Jakarta, Pare (Kediri), terjauh ke Kalimantan,” katanya.

22 Juni 2023

18 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/18/2023 11:21:00 AM

17 Juni 2023

15 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/15/2023 03:33:00 PM

09 Juni 2023

06 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/06/2023 09:42:00 AM

04 Juni 2023

03 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/03/2023 03:19:00 PM

 

BANYUWANGI – Program ”Smart Kampung” berbasis desa yang digagas oleh Pemkab Banyuwangi efektif dalam menggerakkan ekonomi lokal, terutama warga desa. Instrumen teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mampu mendorong kreativitas warga dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif.

”Kami memang sengaja mengusung program Smart Kampung, bukan Smart City karena memang tantangan kami ada di kampung-kampung. Ada dua tantangan utamanya, yaitu infrastruktur termasuk infrastruktur TIK yang masih minim dan kapasitas SDM yang perlu ditingkatkan. Hal ini berbeda dengan kota besar yang infrastruktur dan SDM-nya sudah sangat oke,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dihubungi usai menjadi pembicara dalam Festival Nasional yang bertajuk Smart Money Smart City yang digagas oleh Bank Indonesia di ruang eksibisi Golf Driving Senayan, Jakarta, Jumat (3/6).

Program ”Smart Kampung” baru saja diluncurkan oleh Menkominfo Rudiantara pada Selasa lalu (31/5). Di Banyuwangi telah ada 41 desa/kelurahan yang menjadi pilot project ”Smart Kampung” dan saat ini sedang disiapkan untuk 176 desa lainnya. ”Smart Kampung” adalah program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara penggunaan TIK berbasis serat optik, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan.

Terdapat tujuh kriteria ”Smart Kampung”, yaitu pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi, pelayanan kesehatan, pengembangan pendidikan dan seni-budaya, peningkatan kapasitas SDM, integrasi pengentasan kemiskinan, dan melek informasi hukum. Semua kriteria tersebut diturunkan ke program yang menyentuh kepentingan publik. TIK dijadikan pendorong untuk menjalankan program sesuai tujuh kriteria tersebut.

”Contohnya, UMKM di desa diberi pelatihan teknis yang nantinya pemasaran bisa berbasis online di situs belanja UMKM banyuwangi-mall.com. Smart Kampung juga jadi instrumen untuk mempercepat inklusi keuangan alias membuat warga makin melek keuangan yang akan disinergikan dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujarnya.

Anas menambahkan, kriteria pemberdayaan ekonomi dalam program ”Smart Kampung” menjadikan balai desa sebagai pusat ekonomi produktif yang difasilitasi pelatihan dan pemasarannya oleh pemerintah daerah, seperti batik dan produk olahan pertanian. ”Tentu jenis produknya menyesuaikan potensi lokal masing-masing kampung,” ujar dia.

Dengan ”Smart Kampung”, Anas berharap warga tak lagi minder karena semua pelayanan berbasis desa bisa menjawab kebutuhan warga. Dengan program ini, warga kampung bisa semakin termotivasi untuk maju. Yang pelajar bisa mengakses internet untuk menambah wawasan, yang UMKM bisa browsing untuk tahu tren produk, yang bergerak di pertanian bisa akses berbagai problem dan solusi pertanian, dan sebagainya. Istilahnya, bolehlah kami tinggal di kampung, tapi dekat dengan dunia,” papar Anas.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM-PD) Suyanto Waspotondo menggarisbawahi perlunya kampung-kampung dialiri internet, bahkan harus yang berbasis serat optik. Oleh karena itu, tambahan alokasi dana desa (ADD) dari Pemkab Banyuwangi bakal dialokasikan untuk membeli bandwidth  di desa-desa. Pembelian bandwidth itu diatur dalam APBDes masing-masing desa.

”Ini juga bagian untuk menunjang pelayanan. Misalnya yang sudah jalan sejak lama adalah program Lahir Procot Pulang Bawa Akta Kelahiran. Asal disiapkan nama dan dokumen lengkap, begitu anak lahir, akta kelahiran bisa terbit. Biarkan berkasnya yang berjalan di kabel, bukan orangnya. Orangnya bisa hemat waktu, yang bisa digunakan untuk bekerja di sawah, mengolah buah, membuat batik, belajar bahasa, berkesenian, dan sebagainya. Sehingga, makin banyak warga produktif tanpa harus tersita untuk urusan administrasi,” kata Yayan, sapaan Suyanto.

Anas menambahkan, program ”Smart Kampung” bisa semakin mendorong ekonomi lokal, termasuk mengerek pendapatan per kapita warga. Dalam lima tahun terakhir, pendapatan per kapita warga Banyuwangi sudah naik 80 persen dari Rp 20,8 juta per orang per tahun pada 2010 menjadi Rp 37,53 juta per tahun pada 2015.

”Indeks ketimpangan atau gini ratio juga sudah turun menjadi 0,29. Meski demikian, problem kemiskinan tetap ada. Ada sebagian warga yang belum masuk dalam gairah peningkatan ekonomi ini. Banyak faktor penyebabnya. Mereka tidak ditinggal. Kami terus berupaya dengan program-program berkelanjutan, termasuk Smart Kampung ini,” pungkas Anas. (humas)

02 Juni 2023

Posted by WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
No comments | 6/02/2023 02:42:00 PM