Translate
01 Agustus 2023
31 Juli 2023
30 Juli 2023
BANYUWANGI - Ritual adat Kebo-keboan Alas Malang
yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi,
Minggu (30/7/2023), berlangsung meriah.
Ritual ini
ditandai dengan kenduri desa dan diakhiri dengan ritual ider bumi. Puluhan
"kerbau" mengelilingi desa dengan arah empat penjuru arah mata angin.
"Kerbau"
yang dimaksud bukanlah hewan ternak, melainkan warga desa yang menyerupai
kerbau. Badannya dilumuri jelaga hingga hitam pekat seperti kerbau, di
kepalanya juga mengenakan asesoris berbentuk tanduk dan gelang kerincing di
tangan dan kakinya. Persis Kerbau.
Mereka
berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang
dilewati. Saat berjalan pun di perut mereka ditali seperti kerbau. Ritual ini
merupakan simbolisasi penghormatan kepada leluhur dan alam agar panen
melimpah.
Bupati
Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang turut hadir dalam ritual tersebut mengatakan
bahwa ritual kebo keboan Alas Malang ini adalah bentuk kekuatan budaya agraris
Banyuwangi.
"Ini
adalah salah satu warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kembangkan.
Saya salut dengan masyarakat Alas Malang yang tetap menjaga tradisi ini,"
ujarnya.
Ipuk
menambahkan ritual ini juga merupakan ikhtiar masyarakat Alas Malang kepada
Tuhan agar diberikan panen yang baik dan melimpah. "Ini adalah bentuk
syukur dan doa kepada Sang Pencipta. Semoga Alas Malang dan Banyuwangi selalu
diberkahi dengan kemakmuran dan kesejahteraan," harapnya.
Ipuk
menambahkan pemerintah daerah berkomitmen mendukung pelestarian budaya termasuk
Kebo-keboan Alas Malang. "Kami akan terus memberikan fasilitasi dan
bantuan untuk melestarikan budaya ini. Budaya adalah identitas kita sebagai
bangsa. Jika kita tidak menjaga budaya kita, maka kita akan kehilangan jati
diri kita," tegasnya.
Ritual
Kebo-keboan Alas Malang menyedot ribuan masyarakat untuk menyaksikannya.
Suasana meriah dan penuh kegembiraan terlihat di wajah para penonton maupun
peserta ritual.
Salah satu
pengunjung, Cece Ayu (18) juga ikut larut dalam prosesi dan terkena lumuran
jelaga.
"Tradisi
Kebo-keboan ini selalu saya ikuti sejak kecil. Senang saja ikut meramaikan dan
menjadi bagian dari tradisi ini," ujar remaja asal Rogojampi itu.
Sementara,
Dhika Saiful Bahri (32) sengaja mengajak keluarganya untuk ikut menyaksikan
ritual kebo-keboan.
"Saya
sedang berlibur bersama keluarga. Pas juga ada festival kebo-keboan jadi saya
ajak keluarga ke sini. Ternyata selain wisata, kearifan lokal juga dimiliki
Banyuwangi," ujar Dhika, warga asal Tasikmalaya.
Tradisi Kebo-keboan sudah ada sejak abad ke-18 Masehi dan berasal dari kisah Buyut Karti, yang mendapat wangsit untuk menggelar upacara bersih desa dengan cara menjelma menjadi kerbau. Sebelumnya tradisi serupa juga dilaksanakan di Desa Aliyan. (*)
28 Juli 2023
Banyuwangi - Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Banyuwangi menggelar bedah buku “Rebound Total” karya Samsudin Adlawi di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kamis (27/7/2023). Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang membuka acara sekaligus menjadi keynote speaker mengapresiasi buku yang banyak mengupas tentang Banyuwangi itu.
“Kami sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini. Ini adalah sebuah penghormatan atas kerja keras pemerintah daerah bersama seluruh masyarakat Banyuwangi untuk rebound dalam menghadapi pandemi Covid-19,” ujar Ipuk.
Buku yang berupa antologi kolom Man Nahnu di Jawa Pos Radar Banyuwangi itu, memang ditulis setiap pekan untuk merefleksikan berbagai situasi aktual di bumi Blambangan. Mulai dari sosial, budaya, politik hingga pemerintahan. Tak terkecuali Banyuwangi Rebound yang dicanangkan oleh Bupati Ipuk.
“Saya sangat berterimakasih atas masukan-masukan konstruktif yang diberikan oleh Pak Samsudin ataupun pihak-pihak lain. Tak sedikit masukan yang kami terima kemudian menjadi bahan untuk kita kerjakan ataupun menyempurnakan yang telah ada,” terang Ipuk.
Ipuk berharap, ke depan semakin banyak bermunculan buku-buku serupa guna memperkaya diskursus pembangunan di kabupaten ujung timur Jawa. “Kami tunggu karya-karya para penulis dan intelektual Banyuwangi lainnya,” tuturnya.
Bedah buku tersebut dibedah langsung oleh guru besar ilmu pemerintahan sekaligus Ketua PW ISNU Jawa Timur Prof. Mas’ud Said. Menurutnya, buku tersebut adalah sebuah bagian dari creative minority.
“Sebenarnya, di dunia ini tak banyak orang yang ikut menentukan nasib suatu bangsa. Termasuk di Banyuwangi ini. Inilah yang disebut dengan Creative Minority. Saya kira buku ini adalah bagian dari hal tersebut,” ungkap Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Malang (UNISMA) tersebut.
Refleksi yang padat dan beragam dari buku tersebut, imbuh Mas’ud, menjadi daya tarik tersendiri dari 62 artikel yang tersaji. “Di ranah akademik, masing-masing tulisan ini bisa dikembangkan lebih serius lagi,” dorongnya kepada segenap peserta yang didominasi kalangan kampus tersebut.
Sementara itu, Samsudin Adlawi menyebutkan jika karya tersebut didedikasikan untuk merekam beragam peristiwa di Banyuwangi tiap pekannya. Inspirasinya bisa datang dari beragam hal. “Seperti halnya saat berdiskusi dengan bupati dan lainnya. Ini menjadi inspirasi untuk menulis,” ungkapnya.
Diskusi tersebut berlangsung gayeng. Dihadiri oleh kalangan sarjana dan mahasiswa dari Banyuwangi. Juga terdapat rombongan doktor dan profesor dari Universitas Islam Malang (UNISMA). Selain itu, juga dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Di antaranya adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyuwangi Suyanto Waspotondo yang juga didapuk menjadi narasumber. (*)
27 Juli 2023
BANYUWANGI - Memastikan seluruh anak mendapatkan pendidikan yang baik, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengajak seluruh tenaga pendidikan bergotong royong menyisir anak-anak yang tidak bersekolah.
"Saya minta semua guru ikut membantu menuntaskan permasalahan anak tidak sekolah. Baik yang putus sekolah, tidak melanjutkan sekolah, maupun yang sama sekali memang belum pernah bersekolah," kata Bupati Ipuk saat menghadiri seminar Tour Nasional 2023 School Leadership Gathering, yang merupakan mitra dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud ristek), di Aula SMPN 1 Giri, Kamis (27/7/2023).
Kegiatan seminar tersebut diikuti 1.200 peserta yang terdiri atas para kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan lainnya dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) se-Banyuwangi. Kegiatan ini dilaksanakan tiga hari, Kamis-Sabtu (27-29 Juli), di mana setiap harinya dibagi dalam dua sesi, masing-masing sesi diikuti 200 peserta.
Ipuk menyampaikan, pemkab berkomitmen memberikan kesempatan pendidikan yang sama dan merata bagi seluruh anak di Banyuwangi. Hal tersebut, imbuh Ipuk, tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah, melainkan membutuhkan sinergi dan kerja sama dengan banyak pihak, di antaranya para guru.
"Mari kita sama-sama peduli. Tengoklah di kanan-kiri Bapak-Ibu semua. Jika ada anak-anak, termasuk anak-anak difabel, yang tidak bersekolah, mohon segera informasikan kepada kepala desa, lurah, atau camat setempat agar bisa segera ditangani,” imbau Ipuk.
Ipuk menyebut, Banyuwangi telah meluncurkan berbagai program di sektor pendidikan. Seperti beasiswa Banyuwangi Cerdas, uang saku dan uang transportasi bagi siswa kurang mampu yang berprestasi, dan beasiswa khusus difabel dan penghafar Alquran.
Program lainnya adalah Siswa Asuh Sebaya (SAS) dimana siswa yang berkecukupan menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membantu siswa lain yang membutuhkan. Ada juga Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh) yang membantu anak-anak putus sekolah untuk kembali ke bangku sekolah, maupun melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Bapak-Ibu tidak usah khawatir harus mengeluarkan uang pribadi. Pemkab sudah memiliki banyak program yang memang disiapkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Bapak-Ibu cukup bantu kami untuk menemukan dan segera laporkan,” tegas Ipuk.
Seminar Tour Nasional 2023 School Leadership Gathering dilaksanakan oleh lembaga independen mitra Kemendikbud Ristek untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui implementasi kurikulum Merdeka.
Dalam seminar ini, para peserta diberikan materi terkait penyusunan perencanaan modul ajar, aktualisasi managemen kelas, dan banyak lainnya. (*)