BANYUWANGI – Antusiasme warga Banyuwangi untuk mengikuti Gerak Jalan Tradisional Jajag Banyuwangi (Trajaba) 2012, Sabtu (1/8), menimbulkan kemacetan panjang. Tidak hanya dikarenakan peserta yang jumlahnya ribuan, kemacetan juga timbul karena jumlah penonton yang membludak memenuhi sepanjang jalan dari Jajag, Kecamatan Gambiran hingga Kecamatan Kota Banyuwangi. Praktis kendaraan yang melalui jalan utama dialihkan ke beberapa jalan alternatif sehingga bisa mengurai kemacetan.
Dimulai dari kategori 8 km, yang diikuti oleh siswa putra dan putri SD/MI, pada pukul 12.00 WIB. Kategori ini dilepas oleh Sekkab Slamet Kariyono dengan start di depan Wisma Atlet Gelora. Rute yang dilalui, start di depan Wisma Atlet Gelora ke arah selatan – Polres – Karangente – Belok ke utara – Pemkab – Proliman – Pasar Banyuwangi – Finish di depan Gesibu Blambangan. Kemudian dilanjutkan dengan kategori 17 km (SMP/MTs putra putri dan umum putri), yang diberangkatkan pukul 14.00 WIB dari Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi. Wakil Bupati Yusuf Widiyatmoko langsung melepas peserta dari Balai Desa Gladag – menyusuri jalan raya hingga Pasar Rogojampi – Kabat – RSI Fatimah – Karangente –Pemkab – Proliman – Pasar Banyuwangi – Gesibu Blambangan. Dan diakhiri dengan kategori 45 km (SMA dan umum) yang diberangkatkan oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas tepat pukul 16.00 WIB dari depan Kantor Camat Gambiran. Menariknya, pada kategori 17 km, Ny Dani Azwar Anas beserta istri – istri para kepala dinas dan camat, turut ambil bagian sebagai regu kehormatan. Sedangkan Bupati Anas, anggota Forpimda, Wabup, Sekkab, para kepala dinas, camat dan Perbankan (Bank Jatim) menjadi regu kehormatan pada kategori 45 km.
Di garis finish, peserta perorangan pertama dari kategori 45 km yang datang adalah Haeniyah. Tepat pukul 23.00 WIB, wanita 42 tahun asal Kelurahan Penganjuran ini menginjakkan kakinya di depan Gesibu Blambangan sambil tetap terus menunjukkan semangatnya. Menurut Haeniyah, keikutsertaannya di Trajaba ini adalah untuk yang keempat kalinya. Pada 2008 dan 2009, dia masuk sebagai pemenang di peringkat kedua, dan di tahun berikutnya (2010) dia berhasil meraih juara 1.
Hampir sama dengan yang diungkapkan Haeniyah, Donny Aryadi, seorang polisi menyatakan dirinya senang dengan pelaksanaan Trajaba tahun ini lantaran sudah lebih baik daripada tahun sebelumnya. Donny berharap, ke depan penyelenggaraan Trajaba meningkat lebih baik lagi.
Banyak hal unik yang ada dalam kegiatan gerak jalan tahunan ini. Misalnya banyaknya peserta lansia yang ikut sebagai peserta. Meski tak lagi muda, stamina para lansia ini layak diacungi jempol. Bahkan semua lansia yang berpartisipasi dalam Trajaba kali ini, seluruhnya bisa tiba di garis finish. Hal unik lainnya, adalah atribut – atribut dan gaya dandanan yang dikenakan peserta. Ada yang berkostum badut, banci berdaster, bersepeda onthel, dan ber-otopet. Ada pula yang mengumpulkan botol – botol di sepanjang jalan yang dilalui dan mengikatnya ke badan untuk menunjukkan dirinya cinta lingkungan, peserta tuna netra, dan peserta yang membawa miniatur truk dan bus untuk mengangkut alat musik.
Beberapa diantara peserta, khususnya pelajar, begitu tiba di garis finish, tidak mampu lagi berjalan karena kakinya lecet atau sakit. Sama halnya dengan Ima Rania, pelajar asal Singojuruh dari kategori 17 yang akhirnya pulang dengan digendong di punggung kakaknya. Namun meski merasakan sakit, Ima menyatakan rasa senang dan puasnya bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pengumuman pemenang akan diumumkan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Senin besok (3/8) melalui jumpa pers di kantor Dispora pada pukul 09.00 WIB. Selain itu nama-nama pemenang yang berhak meraih hadiah total senilai Rp 50 juta ini juga akan disiarkan melalui radio Blambangan, Mandala FM dan Blambangan FM. (Humas & Protokol)